2008年1月2日 星期三


Serikat Yesus (Latin: Societas Iesu), biasa dikenal dengan Yesuit atau Jesuit adalah ordo Gereja Katolik Roma. Serikat ini didirikan pada tahun 1534 oleh sekelompok mahasiswa pascasarjana dari Universitas Paris yang merupakan teman-teman Iñigo López de Loyola (Ignatius Loyola). Mereka bersumpah untuk melanjutkan persahabatan mereka setelah mereka selesai studi, hidup dalam kemiskinan sesuai Injil dan pergi melaksanakan misi di Yerusalem. Mereka menyebut diri mereka amigos en el Señor — sahabat-sahabat di dalam Tuhan.

Dasar
Pada 15 Agustus 1534, Ignatius dan enam murid lainnya (Fransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, James Lainez, dan Nicholas Bobadilla, semuanya orang Spanyol, Peter Faber dari Prancis dan Simon Rodrigues, orang Portugis) bertemu di Montmartre di luar Paris, kemungkinan dekat Kapel St. Denys, Rue Antoinette, di masa kini. Mereka mendirikan Serikat Yesus untuk "melaksanakan pelayanan dan misi di Yerusalem, atau untuk pergi ke mana pun juga tanpa bertanya, mengikuti perintah Paus."
Pada 1537 mereka pergi ke Italia untuk mendapatkan persetujuan Paus atas ordo mereka. Paus Paulus III memberikan mereka persetujuan dan mengijinkan mereka untuk ditahbiskan menjadi pastor dalam Gereja Katolik. Mereka menerima tahbisan di Venesia oleh Uskup Arbe (24 Juni). Mereka mengabdikan diri untuk menyebarkan agama Katolik dan kerja amal di Italia, karena rencana perjalanan mereka ke Yerusalem terhalang oleh pecahnya kembali perang antara kaisar, Venesia, Paus, dan Kerajaan Ottoman.
Bersama Faber dan Lainez, Ignatius pergi ke Roma pada Oktober 1538, untuk mendapatkan persetujuan Paus atas konstitusi ordo baru tersebut. Sebuah dewan Kardinal memberikan laporan yang positif bagi usul konstitusi yang diajukan, dan Paus Paulus III mengukuhkan ordo ini melalui bula kepausan bull Regimini militantis (27 September 1540), tetapi membatasi jumlah anggotanya 60 orang. Batasan ini dihapuskan melalui bula Injunctum nobis (14 Maret 1543). Ignatius dipilih menjadi pemimpin umumnya yang pertama. Dia mengirim para sahabatnya sebagai misionaris ke seluruh Eropa untuk mendirikan sekolah, kolese, dan seminari.
Ignatius menulis Konstitusi Serikat Yesus yang disahkan pada 1554. Konstitusi ini menciptakan organisasi dengan kepemimpinan tunggal dan menetapkan penyangkalan diri dan ketaatan mutlak kepada Paus dan para pemimpinnya (superior), (perinde ac cadaver, "disiplin tinggi seperti mayat" seperti yang ditulis Ignatius). Prinsip utamanya menjadi Motto Yesuit: Ad Maiorem Dei Gloriam ("demi kemuliaan Allah yang lebih besar").

Serikat Yesus Karya awal
Serikat Yesus didirikan bertepatan dengan Reformasi Katolik (Kontra-Reformasi), gerakan dalam Gereja Katolik yang ditujukan untuk melawan Reformasi Protestan (yang ajarannya menyebar ke seluruh Eropa yang beragama Katolik). Mereka melaksanakan ketaatan total kepada Kitab Suci dan doktrin Katolik, Ignatius sendiri mengumumkan:
"Saya percaya bahwa putih yang saya lihat adalah hitam bila hirarki Gereja mendefinisikan begitu."
Ignatius dan para Yesuit pengikutnya percaya bahwa pembaruan Gereja harus dimulai dengan pertobatan hati. Salah satu sarana utama untuk menghasilkannya adalah Latihan Rohani yang disebut retret Ignatian. Selama empat minggu dalam kebisuan orang menjalani meditasi terpimpin mengenai hidup Kristus. Pada masa itu, mereka secara teratur bertemu dengan seorang pengarah rohani yang menolong mereka memahami panggilan atau pesan Tuhan melalui meditasi mereka. Retret ini mengikuti pola Penyucian-Pencerahan-Kesatuan sesuai dengan tradisi mistik Yohanes Kasianus dan para Bapa Padang Pasir. Ignatius menciptakan inovasi yang membuat mistisisme kontemplatif ini bisa diikuti oleh semua orang, dan menggunakannya sebagai sarana membangun kembali kehidupan rohani Gereja.
Yesuit juga mendirikan banyak sekolah, yang menarik anak para elit karena metode pengajaran mereka yang maju dan moral yang tinggi. Sekolah Yesuit memainkan peranan penting dalam memenangkan beberapa negara Eropa kembali ke Katolik, setelah beberapa lama didominasi oleh Protestan, terutama Polandia.
Sesuai dengan tradisi Katolik Roma, mereka mengajarkan penggunaan upacara dan dekorasi di dalam ritual dan devosi Katolik. Karena itu, banyak Yesuit perdana yang menonjol dalam seni visual dan pertunjukan maupun dalam musik.
Kaum Yesuit berhasil mendapatkan pengaruh yang menonjol pada Periode Modern Awal karena para imam Yesuit sering bertindak sebagai "konfesor" raja-raja pada masa itu. Mereka juga berperan penting dalam Reformasi-Katolik dan dalam berbagai misi Katolik karena struktur mereka yang kendur (tanpa harus tinggal dalam suatu komunitas, melakukan "doa ofisi" bersama, dan lain-lain) membuat mereka lebih fleksibel untuk memenuhi kebutuhan orang-orang pada masa itu.

Periode kesulitan
Lihat artikel Penekanan Yesuit.
Penekanan Yesuit di Portugal, Prancis dan Dua Sisilia, Parma dan Spanyol pada 1767 adalah masa sulit bagi pembela serikat ini, Paus Clement XIII. Menyusul keputusan yang ditandatangani oleh Paus Clement XIV pada Juli 1773, Yesuit ditekan di semua negara (kecuali Rusia, karena Ortodoks Rusia menolak mengenal otoritas Paus). Karena jutaan Katolik (termasuk banyak Yesuit) tinggal di Polandia bagian barat dan Kekaisaran Rusia, serikat ini berhasil mempertahankan keberadaannya dan menjalankan pekerjaannya dalam masa penekanan.
Serikat ini dipulihkan kembali oleh Roma pada 1814, lalu terjadilah pertumbuhan yang luar biasa seperti yang diperlihatkan oleh begitu banyaknya kolese dan universitas Yesuit yang didirikan. Meskipun banyak dipertanyakan, kaum Yesuit biasanya mendukung otoritas kepausan dalam Gereja dan beberapa anggotanya terkait dengan gerakan Ultramontanis dan deklarasi Infalibilitas Paus pada 1870.

Serikat Yesus Yesuit di Masa Kini
Yesuit di masa kini merupakan ordo keagamaan terbesar di Gereja Katolik. Anggotanya lebih dari 20.000 orang dan melayani di 112 negara di enam benua. Pemimpin Umum Yesuit saat ini adalah Peter Hans Kolvenbach. Ciri pelayanan Serikat Yesus adalah bidang misi, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan terutama sekali, pendidikan tinggi. Serikat Yesus menyelenggarakan kolese dan universitas di berbagai negara dan di seluruh dunia, seperti Filipina, India, dan Indonesia. Di Amerika Serikat, Yesuit mengelola lebih dari 50 kolese, universitas, dan sekolah menengah.

Yesuit di Indonesia
Karya Yesuit di Indonesia diawali dengan karya Santo Fransiskus Xaverius dan beberapa imam lainnya di Maluku sejak pertengahan abad ke-16. Tetapi karena perseteruan Portugal dan Spanyol, karya Yesuit ditarik pada pertengahan abad ke-17.
Pada tahun 1859 Van den Elzen, SJ dan J. Palinckx, SJ tiba di Indonesia, dan memulai kembali karya Yesuit di Indonesia. Pada tahun 1893 W.J. Staal, SJ ditugaskan sebagai Vikaris Apostolik yang berkedudukan di Batavia.
Pada 14 Desember 1904, Van Lith, SJ membaptis 171 orang di Sendangsono, Muntilan, Jawa Tengah, setelah sebelumnya 4 orang dari desa Kalibawang dibaptis pada tanggal 20 Mei 1904. Van Lith juga membangun sekolah seminari menengah di Muntilan. Seminari ini akhirnya menghasilkan para imam Yesuit pertama dari Indonesia yang ditahbiskan antara tahun 1926–1928 yaitu F.X. Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Albertus Soegijapranata, SJ. Dengan keputusan Paus Pius XII pada tanggal 1 Agustus 1940 Vikariat Apostolik Semarang didirikan, dengan uskup pertamanya Albertus Soegijapranata, SJ, sebagai uskup pribumi Indonesia pertama. Seorang imam diosesan, Justinus Darmojuwono, Pr. kemudian menggantikannya sebagai Uskup Agung Semarang sejak 1964 dan kemudian diangkat menjadi kardinal pertama dari Indonesia pada 26 Juni 1967. Justinus Darmojuwono kemudian digantikan oleh Julius Darmaatmadja, SJ sebagai uskup agung Semarang dan kemudian menjadi uskup agung Jakarta dan diangkat sebagai kardinal kedua dari Indonesia.
Dewasa ini karya Yesuit tersebar di 7 keuskupan sebagai berikut:

Keuskupan Agung Jakarta
Keuskupan Agung Semarang
Keuskupan Malang
Keuskupan Agung Medan
Keuskupan Jayapura
Keuskupan Manokwari - Sorong Beberapa Yesuit Indonesia yang terkenal

Franciscus Georgius Josephus van Lith, seorang misionaris yang berkarya di Jawa Tengah
Albertus Soegijapranata, Uskup Indonesia pertama dan pahlawan nasional Indonesia
Julius Darmaatmadja, kardinal Indonesia
Nicolaus Driyarkara, tokoh pendidikan Indonesia dan guru besar filsafat
Josephus Ignatius Gerardus Maria Drost, tokoh pendidikan Indonesia
Petrus Josephus Zoetmulder, pakar Sastra Jawa
Leo Soekoto, Uskup Agung Jakarta
Franz Magnis-Suseno, budayawan Indonesia dan filsuf
Ignatius Sandyawan Sumardi, aktivis kemanusiaan
Ignatius Kuntara Wiryamartana, pakar Sastra Jawa dan budayawan
John Dijkstra, pakar ekonomi kerakyatan
Dick Hartoko, budayawan
Gabriel Posenti Sindhunata, budayawan
Mudji Sutrisno, budayawan
B. Herry-Priyono, sosiolog dan ahli ekonomi politik globalisasi

沒有留言: